Klik Disini Pasti Untung - Iklan Sponsor

Senin, 01 Maret 2010

Tujuh Macam Posisi Tuhan

Bila kita menyebut tuhan kita harus sepakat bahwa Tuhan yang sesungguhnya tidak terumuskan dan tidak perlu kita perdebatkan karena Dia tidak terjangkau oleh alat apapun dalam kehidupan, pikiran, intelektualitas, terminologi, ilmu kita. Yang kita kenal tentang tuhan adalah informasi-informasi dari kitab suci dan yang kita bayangkan/apresiasikan. Sedangkan menurut tuhan sendiiri di dalam kitab suci Ia menjelaskan bahwa tuhan tidak seperti apapun. Sedangkan hakikatnya tidak ada orang atheisme atau yang tidak mengakui tuhan. Sebenernya atheis-atheis itu bukanlah tidak mengakui tuhan, hanya saja mereka menolak untuk percaya konsep-konsep ilmu, sejarah, pengetahuan tentang tuhan dari apa yang ia pernah dengar atau pelajari. Setiap orang sadar atau tidak sadar mengakui ada kekuatan yang tidak terjangkau oleh kekuatan manusia dan selama manusia mengakui ada kekuatan ekstra di luar dirinya yang berkuasa dalam dirinya sesungguhnya ia sedang bersentuhan dengan realitas tuhan, meskipun sampai akhir hayatnya mungkin saja orang itu tidak menyebutnya sebagai tuhan.

Ada tujuh macam posisi tuhan dalam kehidupan manusia, tuhan sering kali kita manifestaiskan dalam kehidupan kita dalam beberapa posisi dan berbagai aspek kehidupan:

I.Tuhan berposisi sebagai satu-satunya orientasi hidup,
Artinya seseorang tidak mau melihat, tidak mau mengurusi, tidak mau mincintai selain tuhan, posisi tuhan sangat intim dengannya. Dalam Tasawuf fenomena ini pernah dikenal dengan simbolisasi Rabiah Al Adawiah. Ia sosok yang meniadakan dunia beserta isinya bahkan Rabiah meremehkan surga dan neraka. Baginya hanya ada tuhan dan satu-satunya. Dalam kisahnya pada malam hari Rabiah keliling kampung membawa ember, lalu penduduk bertanya “buat apa malam-malam membawa ember wahai Rabiah?”, Rabiah menjawab “Aku ingin menyiram padam api neraka supaya Tuhan tahu kalo aku sujud dan beribdah kepadaNya bukan semata-mata karena aku takut akan nerakanya tapi dikarenakan rasa cintaku kepadaNya”. Di malam-malam yang laen Rabiah datang membawa obor, lalu penduduk pun bertanya lagi “buat apa kau malam ini membawa obor?”, Rabiah menjawab “untuk membakar habis surga, agar Tuhan tahu kalo aku bersujud dan beribadah kepadaNya melainkan hanya karena kemurnian, pengabdian dan penyerahan diri saya kepada Tuhan bukan karena aku mengharapkan laba yang namanya surga.”

II.Tuhan berposisi dominan sebagai prioritas dalam hidup,
Pilihan orang yang memposisikan Tuhan sebagai nomer satu, ia akan menaruh Tuhan dalam posisi utama dalam hidupnya. Pilihan manapun yang ia pilih dalam hidup musti pilihan yang mambuat ia dekat dengan Tuhan. Ia rela kehilangan harta benda, ia mau kehilangan jabatan bahkan ia mau kehilangan nyawa asal ia tidak kehilangan Tuhan. Ini yang dikenal sebagai Tauhid, diamana orang menyerahkan hidupnya hanya dalam satu konsep yaitu mendekatkan dirinya kepada Allah tapi lewat dunia, artinya ia berdagang, berkeluarga, bekerja tapi tujuan utamanya kembali kepada yang sejati Allah SWT.

III.Tuhan berposisi sebagai salah satu faktor saja,
Tuhan ada dan ia mengakuinya cuma saja posisiNya dalam kehidupan adalah netral-netral saja. Sama saja dengan pasar, jabatan, harta, sekolahan dll sebagainya. Jadi bila kita bisa menanggalkan harta, maka kita juga bisa menanggalkan Tuhan. Jadi Tuhan bukan menjadi pertimbangan utama dalam hidupnya, Tuhan hanya salah satu faktor yang biasa-biasa saja.

IV.Tuhan berposisi sebagai faktor sekunder,
Tuhan terletak dalam wilayah-wilayah sekunder dalam kehidupan manusia. Contohnya kalo ada uang di pinggir jalan orang akan memilih uang itu dibandingkan Tuhan walaupun ia tidak tau itu uang milik siapa? maksudnya kalo ada kemaksiatan walaupun Tuhan tidak suka maka orang akan tetap melakukan kemaksiatan itu kalau menurut ia itu bagus buatnya. Seperti banyak dalam membuat gedung-gedung atau hotel, biasanya rumah Tuhan posisinya di taro jauh di bawah basement ataupun nyelip di ruang sempit dekat AC bergelantungan. Jadi posisi Tuhan yang ke empat ini dimana kita takut kalo kita ketahuan bahwa kita berTuhan, maka Tuhan kita sembunyikan. Kita tidak mau akui Tuhan sebagai eksistensi kita, walaupun kita mengakui adanya Tuhan dan menjunjung orang lain yang mau beribadah.

V.Tuhan berposisi sebagai faktor kepepet,
Maksudnya dikala kita susah baru kita mengingat Tuhan. Posisi dimana kita membutuhkan Tuhan dimana kalau kita sedang terhimpit, ketika tidak ada lagi jalan keluar maka kita memohon Tuhan untuk menunjukan jalan keluar. Ciri utama dari posisi Tuhan ini adalah dimana ingatan seseorang tentang Tuhan muncul hanya saja pada waktu ia kepepet, setelah ia tidak kepepet lagi dia sudah lupa dengan Tuhan.

VI.Tuhan berposisi sebagai kambing hitam kehidupan,
Bila terjadi apa-apa dengan hidup ini maka ia menyalahkan Tuhan. Seperti kalo orang masuk penjara gara-gara narkoba ia bilang yah takdir Tuhan memang begini. Kalau ada pasangan suami-istri bercerai, mereka bilang yah memang jalannya sudah begini, pinginnya sih masih terus tapi Tuhan berkehendak lain. Jadi seolah-olah setiap bencana kehidupan dan kebobrokan manusia di lakoni oleh Tuhan sehingga posisi Tuhan selalu dimarginal kan tanpa pemahaman yang proposional. Seperti juga klo ada bencana, Tuhan seolah-olah begitu bengisnya terhadapap manusia, menciptakan neraka dsb. Padahal itu semua sebenarnya merupakan wujud kasih sayang Tuhan, bila kita memahami.

VII.Tuhan berposisi sebagai tidak ada (non-factor),
Sebagai atheisme. Atheisme ada dua macam, satu yang meniadakan keberadaan Tuhan. Dan yang lain atheisme bahwa Tuhan ada tapi Tuhan tidak berperan sebagai mana yang di omong-omongkan oleh agama. Contohnya ada orang yang percaya Tuhan ada tapi ia tidak percaya kalo Tuhan tuh memerintahkan untuk sholat, puasa, zakat, haji dsb. Ia menampikan Tuhan memanifestaikan dirinya dalam kehidupan manusia, siangkatnya ia percaya bahwa Tuhan itu ada namun Tuhan tidak usil untuk ngurusin kehidupan manusia. Tuhan begitu demokratisnya terhadapap manusia jadi bagi Tuhan yah terserah-serah manusia saja.

(Penjabaran ulang buah pikiran dari Emha Ainun Nadjib)

Bagaimana dengan diri kita?
Monggo...mari kita merenungi kembali apa yang telah kita lakukan selama ini. Sudah akrabkah kita dengan Tuhan, sejauh mana kita mengenal Tuhan kita masing-masing, kita memposisikan Tuhan sebagai dan untuk apa dalam kehidupan sehari-hari kita? apakah di no 1-7 atao ada lagi no 8 dst?

read more..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar